Tuesday, May 11, 2010

SUDAHKAH BERTAQWA KARENA PUASA ?

SUDAHKAH BERTAQWA KARENA PUASA ?
Oleh: H.M.Alfandi, M.Ag.
Para Sedulur Pembaca Meteor Yang Budiman.
Pada bulan ramadhan ini, kita sering mendengar surat al Baqarah ayat 183 dibacakan, baik melalui radio, televisi, bahkan pada malam-malam tarawih ketika disampaikan kultum. Ujung ayat itu menyatakan : agar kamu bertaqwa. Apa sesungguhnya makna dan hakekat taqwa itu? Sudahkah kita merasa menjadi orang yang bertaqwa setelah melakukan ibadah puasa di bulan ramadhan tahun ini ? Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra. pernah menjelaskan kepada kita tentang makna taqwa itu. Beliau menjelaskan, taqwa itu:
Pertama, takut akan siksaan Allah swt.
Orang-orang yang bertaqwa akan selalu merasa khawatir dan cemas jangan-jangan dirinya akan masuk neraka, sehingga dalam dirinya ada raja’ (pengharapan) kepada Allah agar semua dosanya diampuni dan segala amalnya diterima, sehingga berharap untuk dapat masuk surga. Dia merasa sedikit dalam ketaatan dan merasa banyak berbuat dosa, sehingga orang seperti ini akan meningkatkan kualitas ketaatannya kepada Allah dan mengurangi terus-menerus kemaksiatannya. Dia merasa paling sedikit sedekahnya, merasa masih sedikit amalnya, merasa masih jarang shalat sunnah, merasa belum banyak puasa sunnah. Sebaliknya dia merasa banyak dosanya, merasa sering melanggar aturan Allah, merasa sering menyakiti orang lain, dst.
Kedua, hidup dengan tuntunan al Qur’an dan Sunnah nabi
Orang-orang yang berhasil dalam puasanya adalah orang-orang yang mampu menyelaraskan keinginan, jalan dan tujuan hidupnya sesuai dengan tuntunan dan aturan Allah swt, yang terdapat dalam al Qur’an dan hadits. Baik dalam hal ibadah (hablum min Allah) maupun dalam hal muamalah (hablum min al annas). Apapun yang diperintahkan Allah dan rasul-Nya menjadi kesukaannya, sedang apa yang dilarang oleh Allah dan rasul-Nya menjadi hal yang ditinggalkannya. Meskipun dia sangat mencintai sesuatu, tetapi apabila Qur’an melarangnya, maka akan dia tinggalkan. Dan sebaliknya meskipun dia tidak suka, tetapi Qur’an dan hadits menyuruhnya, maka akan dikerjakannya.
Ketiga, mensyukuri nikmat Allah dan ridho dengan yang sedikit.
Orang-orang yang bertaqwa adalah mereka yang mampu untuk selalu mensyukuri nikmat Allah swt, baik secara lisan maupun perbuatan. Di samping itu dia mampu bersikap ridho kepada Allah manakala nikmat yang diterimanya, belum sesuai dengan keinginannya. Banyak orang yang bisa bersyukur ketika mendapatkan nikmat yang menyenangkan, tapi jarang mampu untuk bersikap ridlo (nrimo) manakala mendapatkan nikmat yang sedikit, atau sedang mendapatkan ujian berupa kekurangan dan tidak menyenangkan. Padahal bagi orang beriman, semua yang diberikan oleh Allah baginya adalah ujian. Apabila mendapatkan kenikmatan yang menyenangkan, ia merasa sedang diuji apakah mampu mensyukurinya. Sedang apabila mendapatkan kekurangan, ia merasa diuji apakah mampu untuk bersabar dan ridho kepada Allah swt.
Keempat, selalu berjaga-jaga untuk menyambut hari yang sangat panjang, yaitu hari setelah kematian.
Setiap manusia pasti mati, tetapi semua manusia tidak ada yang tahu kapan ajal itu datang. Ia adalah rahasia Allah swt. Banyak anak-anak bahkan bayi yang baru dilahirkan mati, tetapi sebaliknya banyak orang tua yang sakit-sakitan, tetapi ajal belum juga datang. Semua adalah kehendak Allah. Karena setiap kita pasti mati, dan setiap kita tidak tahu kapan datangnya kematian itu, maka persiapan yang yang paling bagus adalah selalu berjaga-jaga dengan berbuat kebaikan dan amal shaleh.
Puasa tinggal beberapa hari lagi, Idul Fitri sudah di depan mata. Sudahkah kita memiliki kriteria orang yang bertaqwa sebagaimana disampaikan Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra. tersebut ? Mudah-mudahan....Wallahu a’lam bish-shawab.

No comments:

Post a Comment